Kamis, 26 September 2013

Ketika Tidak Signifikan (2)

Saat kita menemukan hipotesis penelitian kita tidak signifikan, seakan telah tamat lah penelitian kita. Dan sampai-sampai beberapa orang harus mengorbankan idealismenya untuk membuatnya menjadi signifikan. Menyambung tulisan saya sebelumnya di blog ini, tidak signifikan sebenarnya bukanlah musibah terbesar, akan tetapi cobaan semata. Dalam edisi pertama, saya contohkan bahwa seorang promovenda masih bisa mendapatkan nilai A dan lulus dengan cumlaude meski ada beberapa hipotesis tidak signifikan.

Tidak hanya level S3, di S2 ataupun S1 juga banyak contoh mereka yang mendapatkan nilai A. Tidak hanya di level tugas akhir, di sebuah kompetisi penelitian pun, ada juga pemenang kejuaraan yang ternyata tidak meningkat perolehan nilai yang dihipotesiskan.

Kasus-kasus tersebut menunjukkan bahwa penilaian sebuah penelitian tidak hanya dari diterima atau ditolaknya hipotesis alternatif, tetapi dari overall performance. Dalam penilaian penelitian (skripsi, tesis, disertasi) terbagi menjadi unsur metodologi, penyajian presentasi sampai ketepatan menjawab presenter. Dalam metodologi pun, banyak penilaian yang dapat mendongkrak perolehan nilai.

Beberapa tips yang diberikan oleh Dr. Samsul Hadi ketika hipotesis alternatif kita tidak signifikan adalah: pertama cek ricek lagi metodologi yang digunakan (harus sudah benar), perbanyak diskusi hasil penelitian dengan menunjukkan data-data lapangan sehingga dapat menjelaskan mengapa itu terjadi, kemukakan teori yang relevan dengan pembahasan sehingga mendukung argumen yang kita bangun.