Rabu, 24 Agustus 2016

Dampak perbedaan unit analisis pada pengukuran variabel yang berbeda

Telah terlebih dahulu saya tulis di blog ini, bahwa unit analisis adalah salah satu yang sering menjadi masalah bagi peneliti pemula. Meski demikian, untuk peneliti sekelas dosen juga ada terjadi hal demikian.
Alasan mereka menggunakan unit analisis yang berbeda adalah karena ketepatan pengukuran. Misalnya kuesioner hendak mengukura variabel kualitas pelayanan, kepuasan pelanggan dan loyalitas pelanggan. Kuesioner variabel kualitas pelayanan diisi oleh responden tempat penelitian (karyawan sebagai unit analisis), sedangkan variabel kepuasan pelanggan dan loyalitas pelanggan diisi oleh responden dari pelanggan (pelanggan sebagai unit analisis). Kondisi ini yang saya maksud dengan perbedaan unit analisis, satu variabel dijawab oleh karyawan sedangkan variabel lainnya dijawab oleh pelanggan.
Salah satu dampak dari perbedaan unit analisis ini, sejauh yang saya temukan saat ini, adalah adanya korelasi/pengaruh yang tidak sesuai hipotesis. Hipotesis yang diajukan positif signifikan, tetapi hasilnya negatif signifikan atau negatif ketika pada pengujian pengaruh antar variabel yang berbeda unit analisis. Sebagai contoh di atas, hasil pengujian saya kualitas pelayanan berpengaruh negatif pada kepuasan pelanggan (unit analisis-nya berbeda), sedangkan kepuasan pelanggan berpengaruh positif signifikan pada loyalitas pelanggan (unit analisis-nya sama).