Darling

 Suatu sore saya ada di sebuah kantor jasa pariwisata. Di kantor ini ada rental mobil, paket wisata, ticketing, dan jasa penukaran uang (money changer). Hari itu adalah kali kedua saya menukarkan uang rupiah ke dollar Australia. Total yang saya tukarkan sekitar $2.800. 

Saya mendengar seorang cewek bercerita tentang salah satu kliennya yang dari luar negeri. Bule ini sering memanggil dia dengan sebutan darling. Kata darling ini sungguh membuat dia bahagia. "Wah seneng banget ya bila tiap hari dipanggil darling", kata dia. Mungkin image bule masih dianggap orang romantis dibandinigkan dengan orang Indonesia.

  Dua tahun kemudian, ketika saya ada di negara bule. Saya merasakan sendiri dipanggil darling oleh orang lain. Khususnya ibu-ibu. Ada juga yang memanggil sweety. Mungkin di sini kata-kata darling maupun sweety sudah inflasi. Tidak lagi exclusive seperti persepsi cewek orang Indonesia itu.   

ATM-ku ditelan mesin

Kartu ATM di Australia ini kita jarang dipakai untuk mengambil duit. Kartu ATM tetap dipakai di sini untuk belanja. Kita belanja di mana-mana hampir tidak memerlukan uang tunai. Baik online, maupun offline. Untuk belanja offline, tinggal tempelkan kartu ATM ke device maka akan langsung terbayar tanpa perlu gesek, tanpa perlu ngentri PIN, tanpa perlu ditancepin. FYI, kartu ATM ini adalah kartu debit ya. 

Nah karena jarang banget mengentry PIN maka kali ini saya lupa saudara-saudara. Saya lupa apa kombinasi angka-angka untuk mengakses kartu ATM itu. Lupa pada PIN percobaan pertama, sampai keempat. Nah karena sampai empat kali salah, maka kartu saya ditelan oleh mesin itu. Tanpa kata-kata, tanpa peringatan. Langsung mak lep.

Binggung saya karena ini. Untunglah saya menarik uang di kantor bank, maka saya dapat bertanya pada staf yang bekerja di kantor.