Minggu, 25 Oktober 2020

Memulai berwiraswasta

Banyak orang yang di masa-masa sulit mendapatkan pekerjaan mulai berfikir untuk berwiraswasta atau berwirausaha. Di masa pandemi seperti sekarang ini, ataupun saat resign dari karyawan, wirausaha dianggap sebagai solusi. Seseorang yang telah bekerja sebagai karyawan pun, dapat juga memiliki second job sebagai wirausaha. 

Kadang kala justru pendapatan dari wirausaha lebih besar dari gajinya sebagai karyawan. Ada seorang dosen di PTN yang punya second job sebagai makelar/juragan tanah, dosen yang lain punya second job sebagai agen madu, ada yang punya percetakan, bengkel, usaha pertanian, properti, kos-kosan, dan sebagainya. Ada guru yang punya second job beternak ikan, ada juga yang menjalankan usaha perjalanan wisata, akomodasi wisata, dan lain-lain. Ada karyawan bank yang membuka usaha jamu, bikin warung kopi, bisnis kuliner , dan lain-lain.

Meski demikian, banyak orang yang tidak berhasil ketika menjalani pekerjaan, baik sebagai first maupun second job, wirausaha. Umumnya mereka adalah yang baru pertama kali mencoba. Atau sudah berhasil tetapi memulai lagi usaha yang baru. Untuk orang yang pertama kali gagal berwirausaha biasanya kemudian putus asa dan tidak berani mencoba lagi. Meski demikian perlu tahu caranya supaya dapat berhasil di percobaan berikutnya.

Pedoman untuk memulai: pilihlah usaha yang produknya dibutuhkan oleh orang-orang yang anda kenal dengan baik. Pastikan calon konsumen/pelanggan anda itu anda kenal dengan baik. Hal ini akan memudahkan men-deliver produk pada mereka.

Jika anda berminat menjadi makelar(blantik), cobalah untuk menjadi blantik untuk semua produk yang kira-kira dibutuhkan oleh  orang-orang yang anda kenal dengan baik. Menjual produk pada orang yang tidak anda kenal akan sangat sulit untuk dipercaya.

Jika anda sudah memiliki produk, pastikan anda konsisten menjaga ketersediaan dan kualitasnya. Produk (bisnis) di sini tidak harus anda yang punya/buat. Bisa bikin sendiri, mengambil dari orang, memesan dari orang, menjadi agen atau sekedar menjualkan (blantik). 

Terakhir adalah berdoa, berzakat, bersedekah. Santuni orang-orang miskin dan yatim piatu. Langkah terakhir ini yang sering belum diamalkan oleh para pebisnis pemula.