Minggu, 19 Juni 2016

Ternyata kita lebih takut tidak barokah dibandingkan melakukan suatu perbuatan dosa

Oleh: Agus S Kartajaya
Tidak sulit bagi pembaca untuk tersentuh dengan sebuah tulisan yang ditulis salah seorang motivator dan pengusaha di Yogyakarta, Saptuari. Tulisan tersebut berkisah tentang kebarokahan rejeki. Al kisah, ketika ada di area parkir, si petugas parkir membebankan biaya parkir lebih dari tiga kali lipat dari tarif seharusnya. Menghadapi hal itu, petugas parkir segera diingatkan tentang kebarokahan. Al hasil, si petugas parkir pun mengembalikan kelebihan tarif dari yang seharusnya. Ternyata kita takut untuk mendapatkan rejeki yang tidak barokah. 

Lucu sekaligus heran saat saya membaca berita razia cipta kondisi di suatu daerah. Daerah tersebut menggelar razia PSK di berbagai hotel/penginapan. Hasilnya, Tertangkap seorang PSK yang melayani lelaki hidung belang yang si PSK mengaku masih menjalankan puasa sampai saat itu (sehabis bercinta dengan pelanggannya). Lucu ya karena orang yang bercinta di siang hari jelas batal puasanya, apalagi bercinta dengan bukan suaminya! jelas-jelas batal puasanya plus mendapatkan banyak dosa. Tentu saja saya heran terhadap wanita ini, karena dia kok bisa mengaku masih puasa? Mungkin jawabannya adalah karena dia "terpaksa" membuat dosa karena takut tak mendapatkan rejeki. Tebakan ini saya dasari fakta dia ingin tetap berpuasa (menjalankan kewajiban) tetapi juga tidak ingin tidak memiliki pendapatan (rejeki). 

Kedua cerita tersebut sama-sama berdosa, akan tetapi ternyata kita lebih takut tidak barokah dibandingkan melakukan suatu perbuatan dosa.

Kamis, 16 Juni 2016

8 Beda Pendidikan Di Indonesia Dan Finlandia

Perbedaan Pendidikan yang ada di indonesia itu dengan diluar negeri sangat jauh berbeda. Ketika kamu sekolah dulu yang dibilang pintar itu pasti yang dapat rangking minimal rangking tiga, dengan demikian jika kamu dapat nilai belakang tentu kamu tidak bakal ada dibilang pintar.
Berbeda dengan pendidikan terbaik di dunia dan muridnya juga terpintar justru melakukan hal yang berbeda.
  1. Kita harus menghadapi ujian nasional ditiap tingkat pendidikan sementara Finlandia hanya 1 kali seumur hidup yaitu ketika berumur 16 tahun.
  2. Di Indonesia Umur 5 atau 6 tahun sudah boleh masuk SD sementara Di Finlandia, Anak-Anak Baru Boleh Masuk sekolah Setelah usia mereka 7 Tahun.
  3. Cara Belajar Di Indonesia 140 Menit Belajar 15-20 menit istirahat, Belajar Cara Finlandia: 45 Menit Belajar, 15 Menit Istirahat, begitu seterusnya karena menurut penelitian mereka bahwa otak hanya mampu menyerap informasi dengan baik selama 45 menit dan butuh istirahat.
  4. SD_SMP Negeri di Indonesia Gratis spp tapi banyak pungutan ini dan itunya dan Sekolah swasta wajib bayar spp dan lainnya bahkan memakan biaya yang cukup mahal, sedangkan Finlandia Semua Sekolah Negeri di Finlandia Bebas Dari Biaya untuk semua tingkat, Sekolah Swasta Pun Diatur Secara Ketat Agar Tetap Terjangkau.
  5. Peras keringat banting tulang untuk mendapatkan ilmu dan gelar di indonesia setelah tamat jika masih honor digaji serendahnya sementara dikasih beban sama dengan yang sudah PNS bahkan lebih, sedangkan di finlandia Semua Guru Dibiayai Pemerintah Untuk Meraih Gelar sampai ketingkat Master. Gaji Mereka Juga Termasuk Dalam Jajaran Pendapatan Paling Tinggi di Finlandia.
  6. Di indonesia fatokan kelulusan untuk naik ketingakt sekolah yang lebih tinggi adalah ujian nasional, sehingga waktu belajar SD selama 6 tahun atau 3 tahun smp/sma nasibnya di tentukan oleh ketegangan waktu ujian nasional 3 hari saja, Sementara di finlandia Guru Dianggap Paling Tahu Bagaimana Cara Mengevaluasi Murid-Muridnya. oleh Karena Itu, Ujian Nasional Tidaklah Perlu.
  7. Di indonesia belajar padat dengan puluhan mata pelajaran ditambah lagi dengan les sore bahakan sampai malam, sehingga menguras kerja otak sang anak, sementara di Finlandia Siswa SD-SMP Cuma Sekolah 4-5 Jam/hari. Buat Siswa SMP dan SMA, Sistem Pendidikan Mereka Sudah Seperti di Bangku Kuliah.
  8. Di indonesia tingkat kepintaran siswa hanya di ukur dari nilai dan rangking, sedangkan difinlandia tidak Ada Sistem Ranking di Sekolah. Finlandia Percaya Bahwa Semua Murid Itu Seharusnya Ranking 1. Oleh: admin CS

Jumat, 03 Juni 2016

Cara Mudah Atur Keuangan Bagi Wirausaha Tetap fokus pada tujuan awal.

Oleh : Rochimawati
VIVA.co.id – Berbisnis melalui wirausaha mandiri bisa dilakukan sebagai terobosan untuk menyangga keuangan yang awalnya cuma berasal dari pekerjaan utama. Seseorang yang bekerja sebagai karyawan atau pegawai baik swasta maupun negara bisa memulai usahanya sendiri dengan modal yang berasal dari hasil pekerjaan utamanya tadi.
Sebagai calon pengusaha yang akan berkecimpung di dunia usaha, perlu tambahan ilmu agar tidak mengalami kegagalan di awal usaha. kebutuhan akan modal dalam mengawali usaha juga cukup penting, tapi bukan sesuatu yang utama. Modal bisa diperoleh dari tabungan pribadi, bisa pula dari pinjaman. Kendala jumlah modal harapannya jangan sampai menjadi suatu masalah yang menghambat dalam merintis usaha baru.
Bagi yang sedang berada dalam langkah awal memulai usaha, perlu dilakukan pengaturan keuangan yang disiplin agar bisa diketahui sejauh mana efektivitas penggunaan modal serta tingkat omzet penjualan.
Usaha dengan modal kecil bisa jadi memiliki omzet besar jika kegiatan usaha benar-benar digeluti dengan baik, termasuk dalam hal pengaturan dan pengelolaan keuangan di dalamnya. Ada beberapa tips tentang cara mengatur keuangan dalam berwirausaha, terutama bagi mereka yang baru saja berposisi sebagai calon pengusaha atau pengusaha baru.
1.    Mengatur modal dan sumber daya
Modal bisa berupa uang atau selain uang. Untuk memulai usaha, ketersediaan modal memang sangat diperlukan. Modal uang biasanya digunakan untuk membeli bahan baku dan peralatan yang dibutuhkan untuk berjalannya usaha.
Kebutuhan akan modal memang lebih baik diambil dari modal sendiri agar tidak ada risiko berutang kepada pihak lain. Namun jika memang dirasa sangat penting, maka bisa diambil jalan meminjam dari pihak lain, bisa keluarga, teman, bank.
Untuk modal selain uang biasanya berhubungan dengan ilmu atau pengetahuan sebagai dasar-dasar bisnis. Selain itu sumber daya yang penting dalam menjalankan usaha adalah kemampuan dalam hal menjual atau mempromosikan produk yang akan dilempar ke pasaran. Tanpa hal ini, roda usaha tidak akan berputar.
2.    Memisahkan uang bisnis dan pribadi
Pemilik usaha juga berperan sebagai pekerja dalam usaha yang dijalankan. Oleh karena itu, pemilik usaha tetap harus memberikan alokasi keuntungan untuk menggaji dirinya sendiri. Dengan sistem seperti ini maka pelaku usaha hanya akan membelanjakan uang dari gajinya saja untuk urusan pribadi. Besar kecilnya gaji untuk pemilik usaha tergantung keuntungan usaha.
3.    Membangun dana darurat
Sebelum memulai bisnis, calon pengusaha hendaknya memiliki cadangan dana darurat, jika sewaktu-waktu ada hal-hal yang tidak diinginkan dalam usaha datang, contoh yang terburuk adalah kegagalan. Hal ini penting untuk memastikan tidak semua aset yang dimiliki terikat dalam bisnis. Jika ada kegagalan, maka masih ada dana talangan untuk menjalani kehidupan berikutnya.
4.    Mengelola arus kas
Sangat penting untuk punya rencana keuangan sehingga tidak kehabisan uang tunai dan harus menutup bisnis. Catatan keluar masuk uang secara riil. Isinya hanya catatan uang keluar dan masuk dari berbagai pos.
Catatan keuangan bisnis yang terpisah seperti ini dimaksudkan agar keuangan usaha dapat dengan mudah terpantau dan tercatat rapi sehingga dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Selain itu, pemilik usaha akan tahu jelas seberapa besar aset usaha yang dimilikinya, seberapa besar keuntungan dan lain sebagainya, sehingga tahu perkembangan usaha yang didirikannya.
Baca Juga: Cara dan Langkah-Langkah Cek Saldo BPJS Ketenagakerjaan
5.    Memanfaatkan pihak ketiga atau menggunakan software
Untuk membantu pencatatan keuangan dapat dilakukan dengan menggunakan karyawan (pihak ke-3). Bisa pula menggunakan software manajemen keuangan sederhana, contoh sederhana menggunakan excel. Hal ini akan lebih menghemat waktu dan pekerjaan anda daripada menggaji seorang akuntan.
6.    Tanpa kantor
Untuk mengurangi beban modal, usaha bisa dijalankan tanpa sewa kantor. Jika memungkinkan, bekerja di luar kantor atau di rumah.
7.    Berpikir selain uang
Untuk meningkatkan omzet usaha, perlu dilakukan pula meningkatkan kepuasan pelanggan dan layanan. Kepuasan konsumen secara tidak langsung berdampak dalam meningkatkan bisnis.

8.    Komitmen dan disiplin
Hal penting agar usaha dan mengelola keuangan tersebut bisa berjalan adalah komitmen dan disiplin. Ini berhubungan dengan etos kerja, dan komitmen dalam menjalankan konsep keuangan usaha.
Memulai usaha
Jika semuanya bisa dilakukan, maka pengelolaan keuangan berarti bisa berjalan sebagaimana mestinya. Meskipun bukan jaminan utama bisnis akan sukses dan berhasil, namun setidaknya sudah dikelola dengan baik, demi berjalannya usaha menjadi lebih baik dari waktu ke waktu.