Sebagaimana diketahui menurut filsafat
ilmu pengetahuan, dikenal ada dua aliran pemikiran besar atau paradigma
ilmu dalam memandang persoalan, yakni paradigma positivistik yang
bersumber atau dipengaruhi oleh cara pandang ilmu alam yang bersandar
pada hal-hal yang bersifat empirik, dan menjadi dasar metode penelitian
kuantitatif, dan paradigma interpretif yang berakar dari cara pandang
ilmu sosial yang lebih bersifat holistik dalam memandang persoalan, dan
menjadi dasar metode penelitian kualitatif. Masing-masing metode
tersebut berbeda sangat tajam dalam memandang persoalan yang diangkat
menjadi masalah penelitian, mulai dari tujuan penelitian, desain
penelitian, proses penelitian, bentuk pertanyaan penelitian, metode
perolehan data, mengukur keabsahan data, analisis data hingga makna dan
fungsi teori. Berikut uraian ringkasnya.
Dalam metode penelitian kuantitatif,
teori berfungsi sebagai dasar penelitian untuk diuji. Oleh karena itu,
sebelum mulai kegiatan pengumpulan data, peneliti menjelaskan teori
secara komprehensif. Uraian mengenai teori ini dipaparkan dengan jelas
dan rinci pada desain penelitian. Teori menjadi kerangka kerja (framework)
untuk keseluruhan proses penelitian, mulai bentuk dan rumusan
pertanyaan atau hipotesis hingga prosedur pengumpulan data. Peneliti
menguji atau memverifikasi teori dengan cara menjawab hipotesis atau
pertanyaan penelitian yang diperoleh dari teori. Hipotesis atau
pertanyaan penelitian tersebut mengandung variabel untuk ditentukan
jawabannya. Karena itu, metode penelitian kuantitatif berangkat dari
teori.
Sebaliknya, metode penelitian
kualitatif berangkat dari lapangan dengan melihat fenomena atau gejala
yang terjadi untuk selanjutnya menghasilkan atau mengembangkan teori.
Jika dalam metode penelitian kuantitatif teori berwujud dalam bentuk
hipotesis atau definisi sebagaimana dipaparkan pada halaman sebelumnya,
maka dalam metode penelitian kualitatif teori berbentuk pola (pattern) atau generalisasi naturalistik (naturalistic generalization).
Karena itu, pola dari suatu fenomena bisa dianggap sebagai sebuah
teori. Kalau begitu apa fungsi teori dalam metode penelitian
kualitatif? Teori dipakai sebagai bahan pisau analisis untuk memahami
persoalan yang diteliti.
Dengan teori, peneliti akan memperoleh
inspirasi untuk bisa memaknai persoalan. Memang teori bukan
satu-satunya alat atau bahan untuk melihat persoalan yang diteliti.
Pengalaman atau pengetahuan peneliti sebelumnya yang diperoleh lewat
pembacaan literatur, mengikuti diskusi ilmiah, seminar atau konferensi,
ceramah dan sebagainya bisa dipakai sebagai bahan tambahan untuk
memahami persoalan secara lebih mendalam. Teori dipakai sebagai
informasi pembanding atau tambahan untuk melihat gejala yang diteliti
secara lebih utuh. Karena tujuan utama penelitian kualitatif adalah
untuk memahami gejala atau persoalan tidak dalam konteks mencari
penyebab atau akibat dari sebuah persoalan lewat variabel yang ada
melainkan untuk memahami gejala secara komprehensif, maka berbagai
informasi mengenai persoalan yang diteliti wajib diperoleh. Informasi
dimaksud termasuk dari hasil-hasil penelitian sebelumnya mengenai
persoalan yang sama atau mirip.
Misalnya, jika seorang mahasiswa
program magister atau doktor bidang pendidikan ingin meneliti mengenai
pola orangtua di masyarakat perkotaan dalam mendidik anak, maka
informasi dari mana saja, lebih-lebih dari hasil penelitian sebelumnya
yang mirip dengan tema tersebut, wajib dikumpulkan. Informasi itu tidak
saja dipakai sebagai bahan perbandingan untuk memahami persoalan yang
diteliti, tetapi juga untuk menegaskan bahwa peneliti tidak melakukan
duplikasi atau replikasi dari penelitian sebelumnya. Sebab, baik
duplikasi maupun replikasi keduanya dianggap tidak memberikan
kontribusi apa-apa dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Kegiatan
penelitian memerlukan hal-hal yang baru (novelty) yang tentu tidak akan diperoleh dari duplikasi dan replikasi. Itu yang oleh para ahli sering disebut sebagai ‘state of the arts’
dalam penelitian yang meliputi siapa saja hingga yang paling terakhir
meneliti apa, di mana (jika penelitian lapangan), apa masalahnya,
metode apa yang dipakai, dan dengan hasil apa. Untuk kepentingan
praktis agar memudahkan pembaca melihat posisi peneliti pada deretan
tema sejenis, state of the arts dibuat dalam bentuk tabel dengan komponen-komponen tersebut.
Semoga tulisan ini bermanfaat bagi
peminat bidang metodologi penelitian, para peneliti, dan juga para
mahasiswa yang akan atau sedang melakukan penelitian untuk skripsi,
tesis atau disertasi. Secara khusus, saya berharap tulisan pendek ini
dapat mengurangi kebingungan para mahasiswa mengenai posisi dan fungsi
teori dalam penelitian sebagaimana selama ini terjadi.
Sumber: http://mudjiarahardjo.uin-malang.ac.id/materi-kuliah/285-fungsi-teori-dan-state-of-the-arts-dalam-penelitian.html