Telah terlebih dahulu saya tulis di blog ini, bahwa unit
analisis adalah salah satu yang sering menjadi masalah bagi peneliti pemula. Meski
demikian, untuk peneliti sekelas dosen juga ada terjadi hal demikian.
Alasan mereka menggunakan unit analisis yang berbeda adalah karena
ketepatan pengukuran. Misalnya kuesioner hendak mengukura variabel kualitas
pelayanan, kepuasan pelanggan dan loyalitas pelanggan. Kuesioner variabel kualitas
pelayanan diisi oleh responden tempat penelitian (karyawan sebagai unit
analisis), sedangkan variabel kepuasan pelanggan dan loyalitas pelanggan diisi
oleh responden dari pelanggan (pelanggan sebagai unit analisis). Kondisi ini
yang saya maksud dengan perbedaan unit analisis, satu variabel dijawab oleh
karyawan sedangkan variabel lainnya dijawab oleh pelanggan.
Salah satu dampak dari perbedaan unit analisis ini,
sejauh yang saya temukan saat ini, adalah adanya korelasi/pengaruh yang tidak
sesuai hipotesis. Hipotesis yang diajukan positif signifikan, tetapi hasilnya
negatif signifikan atau negatif ketika pada pengujian pengaruh antar variabel
yang berbeda unit analisis. Sebagai contoh di atas, hasil pengujian saya kualitas
pelayanan berpengaruh negatif pada kepuasan pelanggan (unit analisis-nya
berbeda), sedangkan kepuasan pelanggan berpengaruh positif signifikan pada loyalitas
pelanggan (unit analisis-nya sama).