Perhitungan ini didasarkan pada pengalaman kami. Kondisi kami kira-kira seperti berikut ini. Kuliah S3 di UNSW Sydney. Satu keluarga yang berangkat, 1 kuliah, 1 pasangan, dan 1 anak balita. Beasiswa selama tiga tahun. Uang bulanan $2000/bulan untuk tahun pertama, $3000 untuk tahun kedua dan ketiga. Sekarang mari kita hitung pendapatan dan pengeluaran.
Pendapatan tahun pertama $2000 dikalikan 12bulan yakni $24.000. Tahun kedua dan ketiga $3000 dikalikan 24bulan yakni $72.000. Jumlah total sebesar $96.000 selama tiga tahun. Dengan kurs 1UAD=Rp.10.728,53 pada 24 Desember 2020. Maka total pendapatan yang diterima Rp.1.029.938.880, atau satu milyar rupiah lebih sedikit. Masih ditambah dengan tunjangan kedatangan sebesar $4000. Jumlah ini sangat banyak jika dibelanjakan di kota kecil semacam Solo, Jogja, atau Purwokerto. Tetapi apakah juga cukup untuk dibelanjakan di Sydney? Ayo kita lanjutkan pembahasan.
Pengeluaran pertama yang harus dibayar sendiri dan tidak diganti adalah asuransi kesehatan. Upgrade dari single ke family. Biaya yang dikeluarkan $12.000 ini sudah yang paling murah. Biaya berikutnya visa dan tiket pesawat untuk dua orang yang tidak ditanggung pemberi beasiswa, masing-masing $528 dan $900. Biaya persiapan meliputi beli koper besar, makanan (macam mie instan, cemilan dll), sabun, odol, obat dll. sekitar $200. Sampai di Sydney kami menumpang di apartemen bisa gratis, tapi kami iuran $400 untuk sekitar 15 hari. Total biaya persiapan $12.000+$528+$900+$200+$400=$14.028.
Berikutnya apply rent untuk kontrakan dengan bond $1940 senilai empat minggu ngontrak. Berikutnya bayar $485/minggu, atau $25.220 untuk satu tahun. Biaya listrik $2.85/hari atau $85.5/bulan atau $1026/tahun. Biaya pulsa & internet data $80 untuk 35 hari atau sekitar $800/tahun. Belanja sayur lauk dll $400/bulan, tidak termasuk baju, atau $4800/tahun. Total biaya hidup selama satu tahun $25.220+1026+800+4800=$31.846.
Total biaya persiapan dan hidup setahun $14.028+31.846= $45.874. Total pendapatan tahun pertama $24.000+4000= $28.000. Jadi untuk tahun pertama ini lebih besar pasak daripada tiang. Pendapatan $28.000-$45.874= -$17.874. Alhasil minus $17.874 atau sekitar Rp.180 juta. Masih ditambah harus menyediakan uang bond kontrakan $1940 yang akan dikembalikan setelah kontrakan berakhir. Dengan catatan tiga orang ini hanya belajar dan tidak bekerja (mendapatkan uang lain). Jika ada yang bekerja maka perhitungan menjadi lain.
Kita lanjutkan dulu menghitung sampai tahun ketiga. Pendapatan akan meningkat menjadi $72.000 untuk 2 tahun (24 bulan). Pengeluaran dianggap saja tetap $31.846 setahun atau $63.692. Atau surplus $8.308 selama dua tahun. Jadi dalam perhitungan kami selama tiga tahun kuliah akan mengalami minus (defisit) -$17.874+$8.308= -$9.566. Jika 1AUD=Rp10.000 maka defisit yang dialami mencapai lebih dari Rp95 juta. Berarti dengan gaya hidup seperti di atas maka penerima beasiswa akan nombok.
Tentu defisit ini dapat dikurangi dengan mencari kontrakan yang berbiaya kurang dari $350/minggu. Kontrakan apartemen kurang dari $350/minggu masih ada tetapi jarang ya. Namun jika mencari kos-kosan (sewa 1 kamar tidur saja) sebenarnya cukup mudah. Jika dapat kontrakan yang berbiaya $300/minggu maka biaya hidup perbulan sekitar $1765,5 atau kontrakan $350/minggu maka biaya hidup perbulan menjadi sekitar$1965,5. Jumlah ini masih lebih kecil dari jatah hidup sebulan $2.000, yang artinya tidak nombok.
Upaya untuk tidak nombok dan malah mendapatkan keuntungan dapat dilakukan dengan cara salah satu anggota keluarga bekerja selama di Sydney. Pekerjaan sampingan di Sydney ini cukup banyak dan realistis untuk mendapatkan $2.000/bulan. Anggap saja dapat bekerja selama 30bulan dari 36 bulan tinggal di Sydney dengan penghasilan $2.000/bulan maka terkumpul $72.000. Yang artinya kita akan untung $62.434 atau lebih dari Rp.620 juta.
Jadi untung atau nombok selama kuliah di Sydney ini tergantung tingkat usaha dan keberuntungan kita. Usaha untuk mencari kontrakan apartemen yang murah seraya mencari pekerjaan sangat menentukan untuk/nombok.