Ciri lain eksperimen adalah pemilihan subyek/sampel
secara acak. Pemilihan subyek/sampel secara random acak ini penting sekali
untuk memastikan bahwa kelompok yang terbentuk adalah sama pada saat awal
dimulainya eksperimen. Tidak ada aturan baku berapa jumlah subyek/sampel dalam
satu kelompok, tetapi kebanyakan peneliti menggunakan kurang dari 40
subyek/sampel tiap kelompok (Fraenkel&Wallen, 1993: 244).
Dengan pemilihan subyek secara acak, maka
penelitian eksperimen masuk ranah kuantitatif, karena akan memakai rumus
statistik yang pada ujungnya adalah generalisasi. Hal ini berbeda dengan action research yang sama-sama memberi
perlakuan (tindakan) tetapi tidak harus diambil dari subyek yang random.
Penulis menemukan buku yang memasukkan penelitian tindakan ke dalam ranah penelitian
kualitatif (Esterberg, 2002: 135).
Penelitian
eksperimen selama ini diidentikkan dengan penelitian laboratorium, karena
penggunaannya dalam ilmu social masih banyak kendala. Kendala-kendala ini dalam
penelitian eksperimen ini menyebabkan terjadinya “kesesatan” atau kesalahan
yang menyebabkan eksperimen “gagal” seperti kesalahan tipe S, G, maupun R.
Teknik untuk mengeliminasi eror yang berkaitan dengan
karakteristik subyek (Fraenkel&Wallen, 1993: 244-245).
1.
Pengambilan sampel secara random.
2.
Mengambil variabel yang tentu konstan. Menghilangkan efek
yang mungkin dari variabel dengan menghilangkan variabel dari penelitian.
3.
Memasukkan variabel dalam model. Dengan memasukkan
variabel dalam model maka akan dapat dihitung pengaruhnya dibandingkan dengan
variabel lain.
4.
Mencocokan (matching).
Mencari kondisi yang relatif sama antar subyek yang dibandingkan. Misalnya
mencari umur, kelas, status sosial ekonomi, pendidikan subyek yang relatif
sama.
5.
Analisis kovariansi.
Tujuan analisis kovariansi adalah untuk
menyamakan kondisi antar kelompok. “analysis
of covariance can be used to equate groups statistically on the basis of
pretest or other variables (Fraenkel&Wallen, 1993: 245)”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar