Manajer keuangan dalam keluarga. Saya berkesempatan untuk mendengar cerita dari salah seorang rekan. Pasangan suami istri, dimana keduanya merupakan dosen pegawai negeri tetapi merasa selalu kurang dalam pembelanjaan. Boleh dikatakan uang selalu habis, tidak ada yang bisa disimpan.
Salah satu sebabnya karena tidak menabung sejak awal, atau kurang mempersiapkan dana untuk pendidikan, rumah dll pada usia tertentu, saat anak2 sedang kuliah. Mereka tidak mampu melepaskan diri jeratan rutinitas belanja rutin. Untuk itu diperlukan cara berfikir out of the box.
Seperti kata para begawan investasi yang menyatakan untuk menjadi kaya kita harus pintar untuk berinvestasi. Hal ini yang mungkin sudah dianggap benar oleh banyak orang, sehingga menjadi pemicu untuk mendirikan perusahaan investasi.
Hal ini cukup beralasan karena faktanya memang mereka pemilik perusahaan investasi mampu tumbuh pesat, baik aset ataupun keuntungannya. Berangkat dari sini, muncul pertanyaan haruskah uang kita dikelola oleh perusahaan investasi? Kalau uang kita "sedikit" adakah perusahaan investasi yang mau memutar uang kita?
Penulis teringat akan iklan obat penambah darah di televisi beberapa waktu lalu. Dalam iklan tersebut digambarkan bahwa seorang wanita/ibu rumah tangga adalah sangat aktif karena dia memerankan sebagai: guru les, pengantar anak, chef, hingga manajer keuangan keluarga. Penulis sepakat, jika tiap rumahtangga harus memiliki manajer investasi, istri dapat berperan sebagai manajer investasi, dengan terlebih dahulu berdiskusi dengan suami atau anak yang memiliki wawasan tentang investasi yang baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar