Sabtu, 25 September 2021

Ini benar-benar Supermarket!

 Di dunia retail di Indonesia, kita mengenal ada warung, toko, toko serba ada, minimarket, supermarket, hypermarket. Meskipun ada interseksi antar kategori tersebut, akan tetapi kita dapat melihat perbedaannya secara umum. Dari semua kategori itu, saya melihat tidak ada yang benar-benar menjual barang seperti yang ada di Sydney Australia. Supermarket di sini menjual produk yang lebih lengkap.

Jika anda berkunjung ke sini, jangan heran jika anda melihat ada toko (supermarket) bangunan yang menjual pot dan bunga hidup. Supermarket yang menjual asuransi kendaraan. Toko perkakas yang menjual baju. Dan sebagainya.

Mungkin strategi brand atau segmentasi di sini agak berbeda dengan di Indonesia. Atau mungkin juga karena tidak ada yang menyediakan hal itu di toko lain. Misalnya, saya belum pernah melihat kios yang menjual bunga hidup (nursery) di sini. Ada yang menanam/mengembangkan tetapi untuk tujuan nonprofit, yakni City Counsil. Di Indonesia, ini semacam organisasi kecamatan. Jadi karena toko besi menjual pot, sekalian aja menjual bunga hidup. Dan ini laris juga.

Jumat, 12 Maret 2021

Sebebas apa kita?

 Suatu siang ada seseorang yang mengetuk pintu apartemen saya. Seorang pemuda bule ada di balik pintu itu. Sejurus kemudian dia langsung memperkenalkan diri bahwa dia adalah tetangga apartemen kami. Lalu dia berkata, apakah balkon sebelah ini punya anda? Tentu semua yang dia katakan dalam bahasa inggris ya. Lalu saya menjawab "bukan balkon saya, balkon saya ada di depan dekat jalan". Tentu saya menjawab dengan bahasa inggris pula. Lalu saya tambahkan "balkon tersebut punya unit nomer 6, di depan ini". Mendengar jawaban saya, dia langsung minta maaf dan menceritakan komplainnya.

Jadi ada bunyi "cling-cling, kring-kring" dari arah balkon itu. Seperti bunyi gelas yang ditabuh. Dari arah bunyinya sepertinya dari apartemen ini. Bunyi itu menggangu tidur saya saat malam hari. Saat dini hari saya tiba-tiba terbangun karena mendengar bunyi itu. Ini membuat saya kaget, deg-degan, shock. Jadi mohon diturunkan saat malam tiba. Karena bukan saya tersangkanya, maka dia pun pamit dan mengetuk pintu apartemen di depan kami.

Seorang wanita oriental muncul dari balik pintu depan. Tanpa komando si tetangga ini langsung nerocos mengulangi apa yang dia katakan pada saya sebelumnya. Mendengar komplain dari tetangga ini, si cewek langsung minta maaf dan akan menurunkan barang itu. Si tetangga sangat mengapresiasi dan senang untuk itu. Dan mengatakan jika siang hari silakan saja didengarkan, tetapi tolong jangan di malam hari. Dialog pun berhenti karena tetangga segera pamit.

Apa yang kita lihat di sini beda dengan apa yang kita rasakan di Indonesia. Di malam hari masih kita dengar tetangga yang mengobrol atau mendengarkan musik cukup keras saat kita tidur. Sedangkan di Australia ini semuanya hening ketika orang sedang tidur. Jadi orang bilang ini negara yang bebas tetapi ternyata tidak bebas untuk berisik di malam hari. Sedangkan Indonesia hidup selalu diatur banyak norma, tetapi sebenarnya bebas juga lah.

 

Senin, 01 Februari 2021

Alternatif Penghasilan di Luar Negeri

 Banyak cara untuk menghasilkan dollar di Sydney. Salah satu cara yang kami lakukan adalah dengan menjadi responden penelitian. Di kampus pasti banyak yang melakukan penelitian. Karena kami tinggal di dekat kampus maka tidak perlu biaya transportasi jika dibutuhkan ke kampus. Untuk menjadi responden yang dibayar, biasanya upah yang didapatkan antara $20-$60 per jam. Tergantung penelitiannya. Jadi kita harus pintar-pintar mencari penelitian yang mau membayar kita.

Di masa pandemi ini, ada yang mewawancarai via online, jadi tidak harus repot-repot datang ke suatu tempat. Cara ini juga cukup efektif untuk meningkatkan kemampuan bahasa inggris. Untuk menjadi responden dituntut untuk dapat mendengar dan berbicara untuk merespon pertanyaan peneliti. Itu artinya kemampuan listening dan speaking akan makin meningkat. Jadi, sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui.

Senin, 11 Januari 2021

Analisis biaya kuliah di luar negeri, untung atau nombok?

Perhitungan ini didasarkan pada pengalaman kami. Kondisi kami kira-kira seperti berikut ini. Kuliah S3 di UNSW Sydney. Satu keluarga yang berangkat, 1 kuliah, 1 pasangan, dan 1 anak balita. Beasiswa selama tiga tahun. Uang bulanan $2000/bulan untuk tahun pertama, $3000 untuk tahun kedua dan ketiga. Sekarang mari kita hitung pendapatan dan pengeluaran.

Pendapatan tahun pertama $2000 dikalikan 12bulan yakni $24.000. Tahun kedua dan ketiga $3000 dikalikan 24bulan yakni $72.000. Jumlah total sebesar $96.000 selama tiga tahun. Dengan kurs 1UAD=Rp.10.728,53 pada 24 Desember 2020. Maka total pendapatan yang diterima Rp.1.029.938.880, atau satu milyar rupiah lebih sedikit. Masih ditambah dengan tunjangan kedatangan sebesar $4000. Jumlah ini sangat banyak jika dibelanjakan di kota kecil semacam Solo, Jogja, atau Purwokerto. Tetapi apakah juga cukup untuk dibelanjakan di Sydney? Ayo kita lanjutkan pembahasan. 

Pengeluaran pertama yang harus dibayar sendiri dan tidak diganti adalah asuransi kesehatan. Upgrade dari single ke family. Biaya yang dikeluarkan $12.000 ini sudah yang paling murah. Biaya berikutnya visa dan tiket pesawat untuk dua orang yang tidak ditanggung pemberi beasiswa, masing-masing $528 dan $900. Biaya persiapan meliputi beli koper besar, makanan (macam mie instan, cemilan dll), sabun, odol, obat dll. sekitar $200. Sampai di Sydney kami menumpang di apartemen bisa gratis, tapi kami iuran $400 untuk sekitar 15 hari. Total biaya persiapan $12.000+$528+$900+$200+$400=$14.028.

Berikutnya apply rent untuk kontrakan dengan bond $1940 senilai empat minggu ngontrak. Berikutnya bayar $485/minggu, atau $25.220 untuk satu tahun. Biaya listrik $2.85/hari atau $85.5/bulan atau $1026/tahun. Biaya pulsa & internet data $80 untuk 35 hari atau sekitar $800/tahun. Belanja sayur lauk dll $400/bulan, tidak termasuk baju, atau $4800/tahun. Total biaya hidup selama satu tahun $25.220+1026+800+4800=$31.846.

Total biaya persiapan dan hidup setahun  $14.028+31.846= $45.874. Total pendapatan tahun pertama $24.000+4000= $28.000. Jadi untuk tahun pertama ini lebih besar pasak daripada tiang. Pendapatan $28.000-$45.874= -$17.874. Alhasil minus $17.874 atau sekitar Rp.180 juta. Masih ditambah harus menyediakan uang bond kontrakan $1940 yang akan dikembalikan setelah kontrakan berakhir. Dengan catatan tiga orang ini hanya belajar dan tidak bekerja (mendapatkan uang lain). Jika ada yang bekerja maka perhitungan menjadi lain. 

Kita lanjutkan dulu menghitung sampai tahun ketiga. Pendapatan akan meningkat menjadi  $72.000 untuk 2 tahun (24 bulan). Pengeluaran dianggap saja tetap $31.846 setahun atau $63.692. Atau surplus $8.308 selama dua tahun. Jadi dalam perhitungan kami selama tiga tahun kuliah akan mengalami minus (defisit) -$17.874+$8.308= -$9.566. Jika 1AUD=Rp10.000 maka defisit yang dialami mencapai lebih dari Rp95 juta. Berarti dengan gaya hidup seperti di atas maka penerima beasiswa akan nombok.

Tentu defisit ini dapat dikurangi dengan mencari kontrakan yang berbiaya kurang dari $350/minggu. Kontrakan apartemen kurang dari $350/minggu masih ada tetapi jarang ya. Namun jika mencari kos-kosan (sewa 1 kamar tidur saja) sebenarnya cukup mudah. Jika dapat kontrakan yang berbiaya $300/minggu maka biaya hidup perbulan sekitar $1765,5 atau kontrakan $350/minggu maka biaya hidup perbulan menjadi sekitar$1965,5. Jumlah ini masih lebih kecil dari jatah hidup sebulan $2.000, yang artinya tidak nombok.

Upaya untuk tidak nombok dan malah mendapatkan keuntungan dapat dilakukan dengan cara salah satu anggota keluarga bekerja selama di Sydney. Pekerjaan sampingan di Sydney ini cukup banyak dan realistis untuk mendapatkan $2.000/bulan. Anggap saja dapat bekerja selama 30bulan dari 36 bulan tinggal di Sydney dengan penghasilan $2.000/bulan maka terkumpul $72.000. Yang artinya kita akan untung $62.434 atau lebih dari Rp.620 juta. 

Jadi untung atau nombok selama kuliah di Sydney ini tergantung tingkat usaha dan keberuntungan kita. Usaha untuk mencari kontrakan apartemen yang murah seraya mencari pekerjaan sangat menentukan untuk/nombok. 


Kamis, 10 Desember 2020

Subsidi Childcare

Childcare biasanya kita kenal dengan istilah penitipan anak, atau pendidikan anak usia dini (PAUD). Di Indonesia, biaya untuk menyekolahkan anak di PAUD bervariasi, dari yang murah sampai mahal. Akan tetapi, tidak ada subsidi yang diberikan untuk orangtua anak.

Di Sydney, childcare semuanya mahal. Tidak ada yang murah. Berdasarkan survei di lingkungan sekitar tempat tinggal kami, paling sedikit dibutuhkan biaya $108/hari. Akan tetapi anak kami eligible untuk yang berbiaya $117. Kami tinggal di Suburb Kingsford Sydney. Sementara yang paling mahal $160. Dengan kurs $1 AUD=Rp.10.000 tinggal pusing yang ada di kepala. Akan tetapi, biaya itu mendapat subsidi untuk pemerintah bagi anak yang orangtuanya citizen. Subsidi yang diberikan sampai 90%. Wow sekali kan.

Bagi kami temporary resident, maka biaya masuk childcare ini tidak masuk akal. Waktu itu saya bekerja dengan upah minimum, yakni $19.5/jam sehingga total sehari mendapatkan $156. Dipotong pajak sekitar 13%. Dalam dua minggu berpendapatan $1325 atau $132.5/hari. Maka jika tiap hari akan mendapatkan sisa $132.5-$117=$15.5. Masih dipotong transport, naik bus, sebesar $7.2. Maka penghasilan yang tersisa $7.8 saja. Dapet capek doang kan.

Jadi terjawab sudah penasaran saya selama di sini, mengapa tidak ada anak balita yang main di sekitar rumah mereka? karena mereka masuk ke Childcare. Selain juga karena alasan keamanan ya. Kasus penculikan, hingga kecelakaan lalu lintas. Dengan subsidi 90% maka biaya yang ditanggung oleh orangtua menjadi sangat murah! bagi Australia's citizen tentunya. 

Bagi mahasiswa Indonesia yang mendapatkan beasiswa AAS (ADS) dari pemerintah Australia, dia dapat mengajukan subsidi Childcare melalui Centrelink. Besarnya subsidi yang didapatkan sekitar 80% dari tarif. Misalnya tarif Childcare per hari $108, maka biaya yang harus dibayar oleh orangtua adalah sebesar $21,6. Sisanya akan diberikan subsidi oleh Australia.

Kamis, 05 November 2020

Ramalan cuaca di televisi

 Masih ada yang menonton kah acara ramalan cuaca di televisi? Ada. Salah satunya adalah saya. Entah mengapa ketika saya menonton televisi di Sydney ini sering menonton sesi ramalan cuaca. Di beberapa chanel pula. Padahal selama di Jogya, hampir tidak pernah menonton sesi ini. Biasanya hanya menonton berita saja.

Di handphone kita masing-masing sudah ada ramalan cuaca yang selalu di-updates. Di Sydney Mobile adalah sinonim dari handphone. Mobile phone saya sudah tersedia ramalan cuaca setiap jam-nya. Hari ini dan besok sudah disediakan ramalan cuacanya setiap jam. Jam berapa akan hujan, dan jam berapa mendung, sunny dsb. Dalam 10 hari ke depan juga sudah ada ramalannya. 

Dalam pengamatan saya, sumber dari ramalan ini sama. Yakni satelit cuaca. Akan tetapi hasil dari ramalan cuaca ini yang beda-beda. Ramalan cuaca di chanel televisi A dapat berbeda dengan B. Ramalan cuaca di mobile phone A dapat berbeda mobile phone B. Ini terjadi karena namanya juga ramalan. Itu tergantung pada siapa yang meramal dan metode apa yang digunakan untuk meramal.

Di bidang ilmu, khususnya statistika juga kita memiliki banyak rumus yang dapat digunakan untuk meramalkan. Tentu saja hasil peramalannya berbeda antara satu metode dengan metode lain. Karena dasar yang digunakan untuk meramalkan juga berbeda. Meskipun datanya sama.  

Minggu, 25 Oktober 2020

Memulai berwiraswasta

Banyak orang yang di masa-masa sulit mendapatkan pekerjaan mulai berfikir untuk berwiraswasta atau berwirausaha. Di masa pandemi seperti sekarang ini, ataupun saat resign dari karyawan, wirausaha dianggap sebagai solusi. Seseorang yang telah bekerja sebagai karyawan pun, dapat juga memiliki second job sebagai wirausaha. 

Kadang kala justru pendapatan dari wirausaha lebih besar dari gajinya sebagai karyawan. Ada seorang dosen di PTN yang punya second job sebagai makelar/juragan tanah, dosen yang lain punya second job sebagai agen madu, ada yang punya percetakan, bengkel, usaha pertanian, properti, kos-kosan, dan sebagainya. Ada guru yang punya second job beternak ikan, ada juga yang menjalankan usaha perjalanan wisata, akomodasi wisata, dan lain-lain. Ada karyawan bank yang membuka usaha jamu, bikin warung kopi, bisnis kuliner , dan lain-lain.

Meski demikian, banyak orang yang tidak berhasil ketika menjalani pekerjaan, baik sebagai first maupun second job, wirausaha. Umumnya mereka adalah yang baru pertama kali mencoba. Atau sudah berhasil tetapi memulai lagi usaha yang baru. Untuk orang yang pertama kali gagal berwirausaha biasanya kemudian putus asa dan tidak berani mencoba lagi. Meski demikian perlu tahu caranya supaya dapat berhasil di percobaan berikutnya.

Pedoman untuk memulai: pilihlah usaha yang produknya dibutuhkan oleh orang-orang yang anda kenal dengan baik. Pastikan calon konsumen/pelanggan anda itu anda kenal dengan baik. Hal ini akan memudahkan men-deliver produk pada mereka.

Jika anda berminat menjadi makelar(blantik), cobalah untuk menjadi blantik untuk semua produk yang kira-kira dibutuhkan oleh  orang-orang yang anda kenal dengan baik. Menjual produk pada orang yang tidak anda kenal akan sangat sulit untuk dipercaya.

Jika anda sudah memiliki produk, pastikan anda konsisten menjaga ketersediaan dan kualitasnya. Produk (bisnis) di sini tidak harus anda yang punya/buat. Bisa bikin sendiri, mengambil dari orang, memesan dari orang, menjadi agen atau sekedar menjualkan (blantik). 

Terakhir adalah berdoa, berzakat, bersedekah. Santuni orang-orang miskin dan yatim piatu. Langkah terakhir ini yang sering belum diamalkan oleh para pebisnis pemula.